Canggieh,- Kaledonia Baru merupakan wilayah yang terletak di sub benua Melanesia di Samudra Pasifik. disana terdapat orang-orang keturunan Jawa terbanyak yang ada di luar negri dan merupakan yang kedua setelah Suriname.
Saat ini sudah sampai lima generasi yang hidup di negera beribukota Noumea tersebut dan tercatat ada 7000 lebih orang-orang keturunan Jawa. Untuk yang lebih tua masih bisa berbahasa Jawa tapi untuk para pemudanya hanya bisa berbahasa Perancis.
Status negara ini memang masih kolonial Perancis. Hal tersebut berdasarkan referendum pada 4 Nopember 2018 yang menghasilkan 57,4 persen penduduk Kaledonia Baru masih ingin tetap bersama Perancis, sedangkan sisanya yang 43,6 persen ingin berdiri sendiri.
Kaledonia Baru merupakan hasil referendum pada 4 Nopember 2018 yang saat itu 57 persen menolak referendum sedangkan 43 persen sisanya ingin berdiri sendiri.
Penduduk yang beragama muslim sekitar 25.000 jiwa dari keseluruhan penduduk Kaledonia Baru yang berjumlah 241.000 jiwa. Yang Beragama Islam dahulunya mereka berasal dari Arab, Maroko, Aljazair dan Indonesia mereka di bawa oleh Perancis sekitar seabad lalu. Agama mayoritas adalah Katolik 75 persen, Protestan 16 persen dan animisme 5 persen.
Umat Islam kebanyakan bermukim di bagian utara negara itu. Orang-orang keturunan Jawa ini memang memegang peranan penting bagi berkembangnya agama Islam di sana, selain juga oleh mereka yang keturunan Aljazair.
Perkembangan agama Islam disana sebagian besar dipengaruhi oleh orang-orang keturunan Jawa dan Keturunan Aljazair, mereka menempati bagian utara negara tersebut yaitu Noumea bahkan sudah dibangun Islamic Center dan rencananya akan di bangun lagi di Bourail.
Kendati jauh dari kampung halaman di tanah leluhur, namun nuansa Jawa tidaklah pudar. Termasuk dalam kegiatan atau tradisi dalam menyambut tibanya bulan Ramadhan atau Lebaran. Jika di Jawa, Sunda, atau wilayah lainnya di Indonesia mengenal tradisi Nyadran, yaitu mengunjungi dan membersihkan makam, masyarakat etnis Jawa di Kaledonia Baru pun masih melakukan yang sama.
Namun ada yang berbeda. Karena etnis Jawa di sana sudah beranak pinak dan kawin campur dengan etnis lainnya yang ada di Kaledonia Baru. Hal tersebut terlihat, jika usai membersihkan makam bersama-sama, maka Pak Kyai berdoa secara Islam. "Dilanjutkan dengan doa secara Katolik," kata Konsul Jenderal RI di sana, Widyarka Ryananta. Hal itu karena suami atau isteri mereka beragama Kristen.
Tahlilan juga masih digelar di sana oleh biospora Jawa di Kaledonia Baru. Tahlilan adalah untuk memperingati seseorang keluarga yang telah meninggal. Masyarakat Jawa di Kaledonia Baru bekerjasama dengan Islamic Center dan Konsulat Jenderal RI di sana menggelar aktivitas Ramadhan, selain aktivitas adat dan keagamaan lainnya.
Aktivitas Ramadhan itu antara lain tausiyah agama atau sholat tarawih. Islamic Center di Noumea juga menyediakan informasi sekitar tempat-tempat atau restoran halal. Orang-orang Jawa dan Arab banyak yang membuka restoran halal itu.Tidak sulit menemukan kebutuhan Ramadhan pada bulan suci bagi etnis Jawa di sana. Seiring dengan ditemukannya tambang nikel di Sungai Diahot pada tahun 1864, Perancis membutuhkan para pekerja untuk mengerjakan tambang itu. Maka mereka mendatangkan sejumlah pekerja dari wilayah Indo-Cina, Jepang, dan Hindia-Belanda. Sekitar 170 orang Jawa dikirimkan ke Kaledonia Baru pada tahun 1896 berdasarkan perjanjian Koeli Ordonantie.
Selain bekerja di tambang nikel, mereka juga bekerja di perkebunan kopi milik Perancis. Setelah masa kontraknya yang berdurasi lima tahun habis mereka tidak ingin kembali ke Jawa, namun ingin menetap di sana. Orang-orang Jawa kini sudah sangat berbeda dibandingkan ketika mereka tiba di sana. Mereka kini sudah banyak yang berhasil dan menjadi pejabat. Ada yang berpangkat militer, pengusaha, atau menjadi petinggi.
Pada masa pemerintahan Napoleon III Kaledonia Baru menjadi tempat pembuangan sekitar 22.000 penjahat politik antara tahun 1860-1897. Namun setelahnya mayoritas dari mereka kembali lagi ke Perancis, hanya sedikit yang tetap tinggal di Kaledonia Baru.
Kaledonia Baru ini ditetapkan pada tahun 1946 menjadi bagian dari wilayah luar negeri Perancis. Dan pada tahun 1953 status kewarganegaraan Perancis diberikan kepada semua penduduk di Kaledonia Baru tanpa memandang etnis dan status.
Posting Komentar untuk "7000 Orang Jawa di Kaledonia Baru Perancis | Canggieh"